Jepang
Data
Asosiasi | : Japan Football Association |
Julukan | : Samurai Blue |
Seragam | : Biru-Putih |
Kapten | : Yuji Nakazawa |
Pelatih | : Takeshi Okada |
Profile Singkat
SELAMA beberapa tahun terakhir, Jepang menjadi kekuatan terbesar dalam sepakbola Asia dengan dipenuhi pemain-pemain bertalenta tinggi. Meski begitu, kesuksesan tersebut tidak diraih dengan mudah.
Berada di bawah Asosiasi Sepakbola Jepang atau sering disebut Nippon Daihyo, keterlibatan skuad berjuluk Samurai Biru dalam kompetisi berskala internasional baru terjadi pada Olimpiade Musim Panas 1968 di Meksiko ketika mereka sukses membawa pulang medali perunggu.
Sementara itu, Jepang baru berhasil lolos ke putaran final Piala Dunia pada 1998 yang saat itu dihelat di Prancis. Meski akhirnya tersingkir di babak penyisihan grup, namun prestasi itu terbilang cukup memuaskan setelah selalu gagal di babak kualifikasi atau tidak mendaftarkan diri pada perhelatan Piala Dunia sebelumnya.
Pada Piala 1950 di Brasil, Jepang bahkan dilarang ambil bagian karena masih berada dalam kendali Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat. Kesuksesan menembus Piala Dunia 1998 sempat melesatkan Jepang ke peringkat 8 FIFA, posisi tertinggi yang pernah mereka raih.
Empat tahun berselang, FIFA mempercayakan Jepang dan Korea Selatan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002. Di bawah asuhan pelatih Brasil Zico, Jepang berhasil melaju ke babak 16 besar setelah membukukan kemenangan 1-0 atas Rusia dan 2-0 atas Tunisia. Sayang, mereka harus tersingkir usai takluk 0-1 di tangan Turki yang akhirnya menempati peringkat tiga.
Hasil tersebut semakin memantapkan posisi Jepang sebagai unggulan Asia setelah tahun sebelumnya tampil sebagai runner-up Piala Konfederasi. Sementara, di tingkat Asia, skuad Macan Asia tampil terdepan setelah menyabet tiga gelar juara dalam lima perhelatan Piala Asia terakhir (1992, 2000, 2004).
Prestasi membanggakan itu agaknya tidak terlepas dari pembentukan liga profesional J-League pada 1992 setelah sebelumnya Liga Sepakbola Jepang hanya berisikan klub-klub amatir dan semi-profesional. J-League sendiri baru resmi digulirkan pada 1993. Namun, kini J-League merupakan kompetisi lokal tersukses di Asia dengan menempati peringkat puncak AFC.
Meski keikutsertaannya di Piala Dunia masih dapat dihitung dengan jari, namun Jepang belum pernah gagal mencapai babak utama sejak 1998 lalu. Di bawah asuhan Takeshi Okada, armada Samurai Biru melangkah ke final Piala Dunia 2010 setelah finish sebagai runner-up Grup 1 Zona Asia. Dengan total empat kemenangan dari delapan pertandingan, Jepang (15) terpaut lima angka dari Australia yang menjadi juara grup.
Di Afrika Selatan nanti, Jepang menghadapi tugas berat usai dipastikan tergabung bersama Belanda, Denmark, dan Kamerun di Grup E. Namun, pelatih Takeshi Okada cukup optimistis skuad yang dipimpin Yuji Nakazawa mampu menembus babak semifinal.
Shunsuke Nakamura, The Next Big Thing
Meski popularitasnya masih kalah dibandingkan Park-Ji Sung yang merumput di Eropa bersama Manchester United, tidak diragukan lagi, Shunsuke Nakamura adalah salah satu bintang terbesar yang dimiliki Asia.
Playmaker 31 tahun mulai mencuri perhatian publik Negeri Sakura ketika menjalani debut di J-League bersama Yokohama Marinos, 1997 silam. Pada tahun pertamanya bersama Marinos, Nakamura tampil dalam 27 pertandingan dan mencetak lima gol.
Nakamura menyabet gelar Pemain Terbaik J-League pada 2000 dengan torehan lima gol dan 11 assist.
Berbekal kesuksesan tersebut, Nakamura menguji peruntungannya di Eropa dengan bergabung di klub Serie A Reggina (2002-2005). Sayang, Nakamura yang dipercaya menyandang nomor keramat 10, akhirnya tidak mampu berbicara banyak. Berbagai cedera yang membekapnya memaksa Nakamura hanya tampil dalam 18 pertandingan sepanjang musim 2003/2004.
Kepindahannya ke Glasgow Celtic 2005 silam terbukti menjadi keputusan yang tepat. Pemain kelahiran 24 Juni terpilih sebagai man of the match pada laga debutnya melawan Dundee United, 6 Agustus 2005.
Terkenal sebagai spesialis tendangan bebas, salah satu gol terpenting dalam karirnya adalah ketika melesakkan tendangan bebas sejauh 30 yard pada laga krusial Liga Champions melawan Manchester United, 2006 silam.
Nakamura sukses membawa Celtic merengkuh posisi puncak Liga Primer Skotlandia selama tiga tahun berturut-turut (2006-2008). Dia bahkan menjadi penentu kemenangan Celtic pada 2007 setelah mencetak gol melalui set piece di masa injury time dan membawa timnya unggul 2-1 atas Kilmarnock. Hasil itu sekaligus menjadikannya Pemain Terbaik 2007 versi Asosiasi Pesepakbola Profesional Skotlandia dan Asosiasi Wartawan Sepakbola Skotlandia.
Setelah merumput selama empat tahun bersama Celtic, Juni 2009 lalu Nakamura memutuskan hijrah ke ranah Spanyol dan bergabung dengan klub La Liga Espanyol.
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar